Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai
menjadi otomatis.Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles
mengemukakan bahwa „ingatan‟ selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat
antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris
yang terkenal adalah Pavlov, Watson.Thorndike, dan Skinner.
Pavlov (1849-1936) seorang ahli fisiolog (ilmu faal) dari Rusia, mengemuka-kan
teori ini berdasarkan percobaannya yang terkenal dengan melibatkan makanan,
anjing, dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak memberi-kan respon dari
seekor anjing, setelah diberi makanan, anjing itu mulai mengeluarkan air liur. Dalam
pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum anjing diberi makanan, kemudian
setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku: anjing itu dapat
mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov menggunakan hipotesis
stimulus (rangsang)-respon (tanggapan).
Makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan sedangkan bel merupakan
stimulus yang dikondisikan. Mengeluarkan air liur sebelum mendengar bel
merupakan respon yang tidak dipelajari, sedangkan mengeluarkan air liur setelah
mendengar bel merupakan respon (terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran.
Thorndike (1874-1949) mengemukakan hubungan sebah akibat antara stimulus
dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hukum akibat latihan, dan kesiapan.
Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara
positif (diberi hadiah) akan terjadi penguatan dalam belajar. Sebaliknya bila
hubungan ini dihargai negatif (diberi hukuman) akan terjadi penurunan dalam
motivasi belajar. Hukum latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang
tanpa pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja seseorang.
Kemudian hukum kesiapan menyatakan struktur sistem saraf seseorang
dapat mempunyai kecenderungan tertentu dalam perubahan pola perilaku tertentu.
Menurut Watson (1878-1958): seseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta
reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melaluii hubungan
stimulusrespon dalam pengkondisian.
Skinner (1904-1940), seperti Pavlov, “Thorndike, dan Watson,
meyakini pola hubungan stimulus-respon. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya,
teori Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan
mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu, para pendahulunya
dikatakan sebagai mengunakan kondisi klasikal, sedangkan Skinner menggunakan kondisi
operasional atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan
tertentu. Kondisi operasional ini meliputi: Penguatan positif atau penghargaan,
tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi (nilai tinggi membuat seseorang
belajar lebih giat) Penguatan negatif, tanggapan yang memungkinkan terjadinya
keadaan untuk meloloskari diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi (memungkinkan pemberian
alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak
tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lainnya). Pemadaman atau tanpa
penghargaan, tanggapan yang tidak diberi penguatan cenderung tidak akan
diulangi (mengabaikan alasan untuk terlambat ke sekolah, akan membuat seorang
peserta didik jera datang terlambat.
Hukuman, tanggapan yang diberi konsekuensi yang tidak menyenangkan
atau menyakitkan akan membuat seseorang merasa tertekan, tetapi perilakunya
akan muncul kembali bila aturannya berubah (menghukum peserta didik yang
mengganggu peserta didik lain akan menghentikan tindakan mengganggu tersebut).
Eksperimen B. F. Skinner (1933) yang hasilnya dipublikasikan
dengan judul Behavior Organism (
Woolfolk dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai
berikut:
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya menekankan
kepada kerja sama, dan kompetisi antarkelompok individu. Membuat kegiatan
membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang baca yang nyaman dan enak
serta menarik dan lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi
secara bebas dan sukses pada
situasisituasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya: mendorong siswa
yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran,
membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya
dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang
dipelajari dengan baik.
c. Membantu siswa untuk
mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat
membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, meyakinkan siswa yang
cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau
perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes akademik lainnya yang
pernah mereka lakukan.
Ringkasan dari teori behaviorisme yang dikemukakan Pavlov, Thorndike,
Watson, dan Skinner sebagai berikut:
a. Menekankan perhatian pada
perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan,
b. Perilaku dapat dikuatkan
atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman,
c. Pengajaran direncanakan
dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur atau diamati,
d. Guru tidak perlu
mengetahui apa yang telah dipahami dan
apa yang terjadi pada proses berpikir
seseorang.
Implikasi dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam.
Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan
diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal apa yang telah
diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses
pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran
(berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain).
Guru lebih menekankan pada apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada
pemahaman peserta didik terhadap sesuatu.
Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru
dan pendidik, namun dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulusrespons serta mementingkan
faktor-faktor penguat merupakan program-program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.