Wednesday, September 14, 2016

Teori Belajar Behavioristik



Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis.Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles mengemukakan bahwa „ingatan‟ selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris yang terkenal adalah Pavlov, Watson.Thorndike, dan Skinner.

Pavlov (1849-1936) seorang ahli fisiolog (ilmu faal) dari Rusia, mengemuka-kan teori ini berdasarkan percobaannya yang terkenal dengan melibatkan makanan, anjing, dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak memberi-kan respon dari seekor anjing, setelah diberi makanan, anjing itu mulai mengeluarkan air liur. Dalam pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum anjing diberi makanan, kemudian setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku: anjing itu dapat mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov menggunakan hipotesis stimulus (rangsang)-respon (tanggapan).

Makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan sedangkan bel merupakan stimulus yang dikondisikan. Mengeluarkan air liur sebelum mendengar bel merupakan respon yang tidak dipelajari, sedangkan mengeluarkan air liur setelah mendengar bel merupakan respon (terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran.

Thorndike (1874-1949) mengemukakan hubungan sebah akibat antara stimulus dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hukum akibat latihan, dan kesiapan. Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara positif (diberi hadiah) akan terjadi penguatan dalam belajar. Sebaliknya bila hubungan ini dihargai negatif (diberi hukuman) akan terjadi penurunan dalam motivasi belajar. Hukum latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang tanpa pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja seseorang.

Kemudian hukum kesiapan menyatakan struktur sistem saraf seseorang dapat mempunyai kecenderungan tertentu dalam perubahan pola perilaku tertentu. Menurut Watson (1878-1958): seseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melaluii hubungan stimulusrespon dalam pengkondisian.

Skinner (1904-1940), seperti Pavlov, “Thorndike, dan Watson, meyakini pola hubungan stimulus-respon. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya, teori Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu, para pendahulunya dikatakan sebagai mengunakan kondisi klasikal, sedangkan Skinner menggunakan kondisi operasional atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi: Penguatan positif atau penghargaan, tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi (nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih giat) Penguatan negatif, tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskari diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi (memungkinkan pemberian alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lainnya). Pemadaman atau tanpa penghargaan, tanggapan yang tidak diberi penguatan cenderung tidak akan diulangi (mengabaikan alasan untuk terlambat ke sekolah, akan membuat seorang peserta didik jera datang terlambat.

Hukuman, tanggapan yang diberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan akan membuat seseorang merasa tertekan, tetapi perilakunya akan muncul kembali bila aturannya berubah (menghukum peserta didik yang mengganggu peserta didik lain akan menghentikan tindakan mengganggu tersebut).

Eksperimen B. F. Skinner (1933) yang hasilnya dipublikasikan dengan  judul Behavior Organism ( Woolfolk dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
a.  Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan  tugas-tugas belajar, misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompetisi antarkelompok individu. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang baca yang nyaman dan enak serta menarik dan lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses pada  situasisituasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes akademik lainnya yang pernah mereka lakukan.

Ringkasan dari teori behaviorisme yang dikemukakan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skinner sebagai berikut:
a. Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan,
b. Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman,
c. Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur atau diamati,
d. Guru tidak perlu mengetahui  apa yang telah dipahami dan apa  yang terjadi pada proses berpikir seseorang.

Implikasi dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu.

Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulusrespons serta mementingkan faktor-faktor penguat  merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

No comments:

Post a Comment